Tiap rabu malem kamis jadualnya ngumpul ngumpul sama temen. Makan
makan, diskusi, ngobrol ngobrol, membicarakan & merencanakan program
yang berorientasi masa depan.
Menjelang larut malam tempatpun
bergeser, biasanya nyari tempat di pinggir jalan yang recommended
tergantung suasana. Obrolannya pun bukan lagi tentang struktur,
legalitas, pemberdayaan, tapi berganti tema tentang romantisme kehidupan
masing masing.
-Rio : dia pacaran jarak jauh banget, pacarnya
seorang teknokrat, kerja di brunei, kenalnya lewat Facebook dan langsung
cocok (mungkin karena kedewasaan mereka, dan nyaman tentunya). Oiya,
gajinya 20 juta perbulan. Hhaha, mudah mudahan bukan karena itu.
-Toto
: Pacarnya gak tau yang mana, tapi dia yang lebih sering cerita (udah
pengen banget married, tapi masih bingung milih milih)
-Bang Arif:
Pacarnya udah jadi mantan, soalnya udah di nikahin, hhehe. Saya sering
sharing sama dia, saya cerita dikit, dia yang cerita banyak (ngambil
pelajaran)
-Andi : malam ini dia jadi bintangnya dengan kisah cintanya yang mengaru biru, meskipun pada akhirnya terpaksa terpisah.
Hmm, ceritanya klasik banget, tapi tetap aktual bahkan untuk saat ini “cinta yang tidak di restui keluarga”.
Mereka
(andi dan pacarnya) kuliah di jakarta, berangkat dari daerah yang sama
(kudus), entah berapa lama mereka memadu kasih, saling mengerti
memahami, rasanya seperti gak mungkin terpisah.
Sampai suatu saat
pihak keluarga wanita menelpon memberi kabar bahwa si wanita akan di
lamar orang lain & pihak keluarga setuju (adat disana, keputusan
diterima tidaknya lamaran ada di pihak keluarga).
Sore itu andi
& pacarnya (dengan perasaan yang gak bisa saya bayangin) langsung
berangkat ke kudus, bermaksud memberi pengertian kepada pihak keluarga
wanita, “menggagalkan” kalo kata ini gak terlalu kasar untuk dua orang
yang saling mencintai.
Sesampainya di rumah si wanita, andi pun
mengadap ayah si wanita seorang diri dan memberi tahu jika mereka saling
cinta intinya. Kemudian ayanya bilang: “kamu ini siapa? Dari keluarga
mana? Gak pantes dapet anakku (keluarga wanita adalah keluarga kiyai,
dan sesuai adat harus nikah dengan keluarga kiyai juga), kemudian kakak
& mbak si wanita keluar untuk memojokkan andi dengan ketidak
setujuan mereka. Andi membela diri: “cinta kok di voting, saya gak ada
urusan sama kakak & mbak, urusan saya antara saya, pacar saya dan
ayah, kalo aya gak setuju berarti itu menjadi urusan saya dan pacar saya
dengan Allah”. Singkat cerita (karena sudah terlanjur menyetujui
lamaran dan pada dasarnya pihak keluarga gak menyukai andi), dia pun
pulang meninggalkan pacarnya yang terus terusan menangis (karena berada
di posisi yang tidak ingin di tempati siapapun), sambil membawa dendam
keluarga, karena merasa di rendakan sebagai manusia.
Aaahhh… rasanya gelombang tsunamipun gak sedahsyat ini, (kehilangan orang yang di cintai dengan cara yang sangat menyakitkan).
Hingga
akhirnya si wanita menikah dengan pria pilihan keluarganya. Dan hikmah
untuk andi, dia kini sedang pacaran sama adiknya salah satu menteri yang
sangat terkenal, hhehe…
Meskipun dia bilang sampai saat ini dia
masih dendam sama keluarga mantannya, tapi saya terlalu memaklumi. Yang
penting happy ending untuk kekuatan cinta :D
*tetep semangat kawan… raih impian, cita-cita dan cinta kalian…